“Wahai orang-orang
yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu
kerjakan.” (QS Ash Shaff [61]: 2-3).
Manusia ada karena perbuatannya. Kita menjadi manusia dewasa setelah kita mampu menerima diri dan mengolah perbuatan kita. Semuanya demi menjaga pertanggungjawaban kita.
Apa pun yang
kita lakukan, kita harus berani mempertanggungjawabkannya meskipun itu terjadi
karena tidak sengaja atau berada di luar kendali kita. Dengan menyadari
spektrum tanggung jawab tersebut, kita akan belajar untuk terus aktif dan sadar
akan apa yang kita lakukan, katakan dan pikirkan.
Ada sebuah
fabel menarik yang mengandung ibrah, tentang ‘musyawarah ala tikus’. Kisah ini
telah memberikan pelajaran berharga bagi para aktivis dakwah, untuk mengukur
sejauh mana tanggung jawabnya dalam menjalankan amanah.
Suatu
ketika, keberadaan bangsa tikus terancam oleh hadirnya bangsa kucing, dalam
menyikapi keadaan darurat ini bangsa tikus dari berbagai penjuru hadir untuk
mengadakan sidang darurat.
Forum itu
kehujanan ide. Forum itu begitu hidup, semua tikus angkat bicara menyumbangkan
gagasan terbaik yang dimilikinya. Ada yang mengusulkan untuk membayar upeti
kepada kucing, ada yang mengusulkan untuk meracun kucing itu, ada yang
mengusulkan melakukan perdamaian dengan kucing, dan berbagai ide lainnya.
Semua ide
yang muncul ke permukaan dibahas satu persatu dan konklusi yang didapat adalah
ternyata tidak ada satu pun ide tersebut yang cocok untuk dijalankan. Sampai
akhirnya, muncul seekor tikus ke depan podium, ia mengungkapkan idenya.
Yang harus
kita lakukan adalah “tindakan pencegahan yakni bagaimana caranya agar kita bisa
menghindar ketika ada bahaya datang sehingga kita bisa lari dan menyelamatkan
diri?
Ide saya
adalah kita harus mengikatkan kalung bel kerencengan pada leher kucing, sehingga
saat kucing itu bergerak maka kalung itu akan berbunyi dan memberitahukan kita
datangnya bahaya dan kita bisa segera lari.”
Semua tikus
yang hadir merasa kagum dengan ide itu dan menyetujuinya. Kemudian si tikus
brilian itu melanjutkan kata-katanya:
”Ya, ide ini
memang brilian, namun sekarang ada satu pertanyaan besar yang mengganjal di
hati saya, siapa yang bersedia mengikatkan kalung bel ini ke leher kucing?”
Semua tikus
yang hadir terdiam, suasana langsung sunyi dan senyap. Satu persatu tikus itu
pergi, tidak ada yang bersedia untuk melakukan ide itu. Dan akhirnya
tikus-tikus itupun membubarkan diri tanpa ada hasil yang jelas.
Sebagai
pribadi Muslim, jangan sampai kita melakukan hal ini, musyawarah ala tikus,
musyawarah tanpa hasil. Banyak bicara dan kosong tindakan. Karena perbuatan
seperti ini, jauh dari ajaran Islam yang terkenal dengan ajarannya yang menjaga
amanah.
Semoga
gambaran musyawarah ala tikus ini memberikan kita pelajaran berharga bagi kita
sebagai kader-kader dakwah dalam menjalankan amanahnya.
Nabi SAW
bersabda: ”Kalian adalah pemimpin, maka kalian akan dimintai
pertanggungjawabannya….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar