Sabtu, 12 Maret 2016

PLT KEMENAG, HE. NADZIER : KITA BANGUN KOMUNIKASI YANG ISLAMI..




Cihampelas, 11 Maret 2016
Keterbukaan Informasi Publik (KIP) saat ini merupakan suatu hal yang harus terus digulirkan di badan-badan layanan publik sebagai wujud nyata upaya transparansi dan akuntabilitas. Seluruh lapisan masyarakat mempunyai hak untuk mengakses beragam data yang berkepentingan dengan informasi publik ini.
Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas Harian Kepala Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat, Drs. H.E. Nadzier Wiriadinata, M.M.Pd. dalam salah satu sesi Sosialisasi UAMBN 2015/2016 bagi madrasah tsanawiyah se Kabupaten Bandung Barat.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa sebagai badan publik, madrasah manapun harus siap memberikan akses seluas-luasnya kepada pihak manapun berkenaan dengan data madrasah baik berupa jumlah siswa, guru, maupun transparansi penggunaan alokasi dana BOS yang diterima oleh lembaga tersebut.
“Kita harus mengedepankan asas kejujuran dalam menjalankan tugas. Sebab jika kita jujur kenapa kita harus takut?” jelasnya dengan penuh semangat.
“Karena dengan jujur inilah kita akan mempunyai wibawa. Kita akan mempunyai kharisma. Dan ini menunjukkan bahwa di lembaga kita tidak ada hal yang menjadi masalah” ujarnya.
Dalam kesempatan ini juga, pejabat yang senang berbaur dengan jajarannya ini meminta kepada seluruh madrasah untuk membangun sebuah komunikasi yang Islami.
“Mari kita bangun sebuah komunikasi yang Islami. Kita kembangkan sikap husnudzon di antara kita. Jadi jangan pernah ada suudzon atau prasangka buruk terhadap Kemenag. Baik berkenaan dengan keterlambatan BOS, Sertifikasi, maupun hal-hal lain. Jika ibu dan bapak penasaran dengan satu atau dua hal yang tidak dipahami, tolong tanyakan langsung kepada saya atau kepada Pak Kasie Madrasah atau kepada Pak Ketua Pokjawas. Jangan kepada yang lain yang akhirnya memunculkan prasangka yang tidak baik tadi…” pintanya sambil memberikan contoh beberapa kasus akibat prasangka buruk selama ini.
“Berkenaan dengan keterlambatan BOS kemarin, itu murni masalahnya di prosedural Bank. Jangan ada yang menganggap, waaah..paling-paling didepositokan dulu oleh Kemenag dan lain-lain. Tidak! Sama sekali, tidak! Kita tidak memegang uang sepeserpun. Uang itu mengalir dari KPPN ke Bank dan langsung ke rekening bapak-ibu. Jadi kalau ada keterlambatan, sekali lagi itu semata-mata alasan internal bank itu sendiri,” imbuhnya.
“Kalau pun sisi teknis itu bukan dari pihak Kementerian Agama. Lihat staf-staf saya sudah bekerja sampai larut malam untuk melayani bapak-ibu. Tapi tetap saja ada beberapa madrasah yang sampai batas waktu yang ditentukan masih belum menyetorkan LPJ-nya. Dan ini menghambat ke yang lain. Jadi, silahkan tegur tuh teman-temannya yang suka terlambat menyetorkan LPJ-nya,” ungkapnya disambut riuh turut kesal terhadap madrasah yang sering bermasalah tersebut.
Dalam kaitan dengan agenda KIP ini, Pelaksana Tugas Harian Kepala Kemenag yang lebih akrab dipanggil Pak Nadzier ini menjelaskan bahwa selain jujur, kita juga harus membuat Sistem Operasional Prosedur (SOP) tentang apa, siapa, dan bagaimana cara mendapatkan informasi di lembaga kita.
“Artinya tidak bisa seenaknya… tidak ujug-ujug begitu… semua orang boleh meminta informasi dari kita, tapi harus melalui prosedur yang benar. Ini ‘kan lembaga berbadan hukum bukan warung nasi. Karena itu, kita harus membuat aturan tersendiri. Mulai dari pengajuan permohonan data, terus siapa yang akan menemui dan apa yang akan dibicarakan, semuanya harus terrencana dengan jelas melalui SOP tadi..” imbuhnya.
“Artinya, tidak semua orang dapat seenaknya mengobok-obok data kita. Kalau tukang tambal ban atau yang tidak berkepentingan buat apa? Selain itu juga tidak mesti kepala sekolah yang melayani. ‘Kan ada wakil kepala bidang humas. Nah, disinilah kerjaan humas di madrasah. Untuk apa diangkat menjadi wakil kepala bidang humas dengan beban kerja 12 jam kalau tidak bisa menghadapi orang-orang yang membutuhkan informasi tentang lembaga kita?” lanjutnya dengan berapi-api.
Pak Nadzier yang juga mempunyai pengalaman di bidang jurnalistik ini pun memberikan contoh berdasarkan pengalamannya tentang bagaimana menghadapi oknum-oknum jurnalis atau wartawan yang sebenarnya hanya mencari ‘amplop’ dengan mencari-cari kesalahan orang lain.
Peragaan yang disampaikan cukup menggelitik dan mengundang gelak tawa namun sekaligus kagum dari para kepala madrasah tsanawiyah negeri dan swasta yang menghadiri acara tersebut. ***Nuris***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar